WELCOME to MY BLOG

Bagi akhi & ukhti yang ingin meng-copy catatan ato artikel di blog ini, mohon cantumkan sumber setiap catatan di tersenyumlah-hati.blogspot.com demi menjaga keaslian tulisan / karya ato share dilaman networking via share tool dibawah setiap catatan...

Mari berbagi...


- Tersenyumlah -

Selasa, 21 September 2010

Surat Untuk Akhi...

Untuk Akhifillah
Dimanapun kau berada
Kutulis surat ini samata-mata atas dasar cinta karena Allah…

Mohon maaf atas kelancanganku telah berani menuliskan ini untukmu.

Namun aku ingin kau mengetahui, bahwa ada beberapa dari sifatmu yang tidak kami (para akhwat) sukai. Berbesar hatilah untuk mengetahuinya. Kami ingin kau terlihat baik dimata kami dan tentunya di mata Allah juga...

Akhi fillah…

Setiap kaum wanita merindukan seorang ikhwan yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Jangan kau sia−siakan waktu hidupmu dengan tujuan yang tidak jelas, tidak ada pegangan dan berlalu begitu saja dengan percuma. Ingatlah, bahwa laki−laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Berprinsiplah! Komitmenmu pada islam teguhkanlah. Bukankah kau telah mngkajinya tentang ini dalam majelis−majelis kajian Al−Qur’an yang biasa kau ikuti setiap bulannya. Di mana pengamalannya selama ini.

Akhi fillah…

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Oleh karenanya berlaku lembutlah terhadap perempuan. Ingatlkah engaku, dalam sebuah hadits, rasulullah memberitahukan bahwa sebaik−baik manusia adalah yang berlaku lembut terhadap wanita. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki, wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Sudahkah selama ini kau berlaku lembut terhadap perempuan. Adakah kau pernah menyakiti hati seorang perempuan..

Akhi fillah…

Hal selanjutnya yang tidak para akhwat sukai adalah kesombonganmu. Sombong adalah sifat setan laknat. Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak priogatif Allah. Perempuan adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan yang dimiliki perempuan. Jangan kira kekuasaanmu sebagai seorang laki−laki membuat dirimu menjadi sombong. Dengan sifat mengaturmu yang berlebihan, dan sifat tidak ingin di kalahkan oleh perempuan dalam hal apapun. Kami tau, bahwa ada batasan hak−hak antara perempuan dan laki−laki yang telah Allah tetapkan. Kami tidak menuntut emansipasi, tapi sadarlah wahai akhi, bahwa kau sering kali berlaku sombong di mata kami.

Akhi fillah…

Setiap akhwat sangat mendambakan seorang ikhwan yang mempunyai pendirian. Bukan ikhwan yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama dapat bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).

Akhifillah…

Kau adalah penopang kami. Dikala kami membutuhkan penguat dalam situasi kekufuran yang sedang menerjang ini tak pantas bila kau malah ikut gentar atau juga lemah. Akhwat ingin ikhwan yang tegar, bukan ikhwan yang cengeng. Dalam hal ini bukan cengeng menangis ketika mendengar ayat−ayat Allah dilantunkan. Itu adalah kelembutan hati. Tetapi cengeng yang gentar menghadapi tantangan yang ada di depan. Bagaimana kau akan memimpin kami bila kau sendiri bersifat lemah. Ikhwan yang cengeng cendrung nampak serba tidak meyakinkan.

Akhi…

Kututup surat ini sampai disini. Semoga kau bisa mengambil maksud dari kami menuliskan ini untukmu. Salam sejahtera untukmu selalu. Semoga Allah selalu memberi cahaya ilmu−Nya kepada kita semua. Dan semoga Allah selalu menangi kita dalam rahman dan rahim−Nya. Amin.

Saudarimu.

 Sumber : Surat buat akhi...

READ MORE - Surat Untuk Akhi...

Kamis, 16 September 2010

Menapak Jejakmu

Itulah hati.. .
Yg bersitannya tak mampu di diarahkan
Yang kecondongannya tak mampu di atur
Yang inginnya tak mampu di tekan

Itulah hati, yg debarnya tak mampu dikendali
Yang buncahan bahagianya tak mampu di tutupi
Yang jeritannya tak mampu di redam

Itulah hati...
Dia mengendali lakunya sendiri
Kendati ribuan tali kekang ku pasangkan
Tetap saja sulit untuk ku arahkan
Maka kan ku dapat diriku dalam lelah yang berkepanjangan
Karenamu duhai hati...

Diriku begitu paham akan langkah yang mulai menyalahi
Begitu tahu akan terjalnya jalan yang ku pilih
Tapi bersitannya duhai hati, begitu kuat
Seakan ribuan medan magnet menarik ke arahnya
Ada apa dengan mu duhai segumpal daging di dada?

Sungguhkah diri ini telah mengendali dengan baik?
Tepatkah tali kekang telah ku pasang dengan benar?
Ataukah..Memang ku sengaja melemahkan kendaliku?
Ataukah tali kekang itu memang sengaja ku kendorkan?

Duhai beningnya qalbu..
Apakah putihmu telah ternoda bercak?
Aku bingung, aku lelah..

Beribu macam tanya hadir dalam benakku
Bermain di relung terdalam....


Ku coba...

Ku tahu mata adalah jendela hati
Maka ku coba tundukkan pandanganku
Agar tak dapat menatapmu
Namun tahukah?
Di bawah ku dapati jejak kakimu,
Dan kembali ku melangkah bermain menapak jejakmu
Berlari mencari tepinya dengan harap menemukanmu
Lalu apa gunanya ku tundukkan pandanganku??
Jika kakiku tetap menapak di atas jejakmu...

Tapi tetap ku coba...

Ku mulai menghapus bayangmu
Ku kurung diriku dalam ruang gulita tak berpendar
Agar lenyap semua bayangan tentangmu
Tapi tahukah?
Semakin ku liputi diriku dalam gelap semakin jelas cahayamu nanar dalam tiap pejam ku
Lalu untuk apa gulita jika selalu ku temukan cahayamu dalam tiap pejamku?

Dan akan tetap ku coba...

Ku coba menanam ribuan duri tentangmu di hati
Ku semai racun agar kau tak tumbuh merekah dlm dada
Ku pasang tembok pembatas antara hatimu dan hatiku
Tapi tahukah?
Tiap duri yang ku semai tumbuh merangkai namamu
Tiap racun yang ku tabur menjadi obat penawar luka
Tiap tembok yang ku pasang, merambat hijau lumut melukismu
Lalu apa lagi yang harus ku perbuat?
Sunggu aku dalam lelah tak bertepi
Dalam luka yang menganga
Dalam jerit tak terucap...

Maka ku coba...

Ku hapus air mataku bukan dengan sapu tangan
Karena ku tahu tak akan mampu menyembunyikan sembabnya
Maka ku hapus tiap tetesnya dengan wudhu yang menyejukkan
Berharap tiap bercak noda di hati ikut luluh dan tersaput

Ku pasang pembatas denganmu bukan dengan duri, racun ataupun tembok
Karena ku tahu itu pun tak berguna
Tapi dengan hamparan 'hijab' syariat
Dengan ilmu penawar hati
Dengan lingkaran majelis dzikir

Tak akan ku coba hapuskan bayangmu,
Tapi ku kan mencoba menatapmu dengan biasa, mencintaimu dengan ikhlas
Tanpa sedikitpun ingin memilikimu, tanpa sebersitpun ingin menggapaimu
Dan ku mulai meninggalkan jejakmu
Ku kan membuat jejak sendiri di tiap langkahku menapak menuju cinta yang jauh lebih abadi

Ketahuilah, tak akan ku coba menghapus cintamu,
Tapi kan ku tutupi dengan cinta yang jauh lebih agung
Cinta yang jauh lebih indah dan membumbung
Yang ku yakin, Dia yang menentukan akhir dari tiap jejak kita

Ku harap, suatu hari nanti,
Kaupun melangkah ke arah yang sama denganku menuju cinta-Nya
Agar kelak jejak kita dapat bertemu di ujung IradahNya
READ MORE - Menapak Jejakmu

Selasa, 14 September 2010

**●●>>__Surat dari Jodohku!!!__<<●●**

Aku ingin mengenalmu dengan sempurna...
Tanpa penjajakan yang saat ini sedang marak orang lain lakukan. Cukuplah aku mengenalmu melalui murabbi, keluarga, ataupun lingkungan dakwah yang kita lalui bersama. Sejatinya aku tak akan pernah bisa mengenalmu, karena pernikahan adalah proses pengenalan yang berkesinambungan. Pernikahan bukanlah akhir tujuan perkenalan, namun awal sesungguhnya dari perkenalan. Aku memang tak mengenalmu, namun aku akan berusaha mengenalmu semampuku, setelah kita telah dinyatakan halal untuk saling mengenal.

Aku ingin melamarmu dengan sempurna...
Tanpa pertukaran cincin terlebih dahulu seperti yang orang lain bilang tunangan. Cukuplah aku mengenalkan diri dan keluargaku pada keluargamu. Hingga tercipta keharmonisan awal yang sejatinya tercipta karena menghormati kesucian pernikahan. Aku memang tak sanggup memberikan banyak harta untuk melamarmu, namun di jalan dakwah yang akan ku jalani denganmu, aku berjanji untuk berusaha mencari harta semampu kita. Harta yang halal untuk kita pakai bersama.

Aku ingin menikahimu dengan sempurna
Tanpa terlalu banyak kemeriahan yang mendekati kenikmatan dunia. Cukuplah rasa bahagia yang menyelimuti keluarga, sanak saudara, beberapa kolega, serta kita berdua khususnya, menjadi keriangan tersendiri dalam haru yang tercipta karena telah sah-nya untuk menjalani biduk rumah tangga. Aku memang tak mampu untuk memberikan kebahagiaan berlimpah di hari pernikahan kita, namun aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia di hari-hari pernikahan kita nantinya. Sejatinya pernikahan bukanlah akhir dari perjalanan hidup kita, namun gerbang awal untuk membuka salah satu jalan menuju ridha-Nya.

Aku ingin mencintaimu dengan sempurna...
Tanpa banyak kata yang membalut kebohongan belaka. Cukuplah rayuan dan candaan ringan untuk menghiasi pernikahan kita. Aku memang tak pandai merangkai kata romantis untuk selalu menyenangkanmu, namun aku tahu bagaimana memposisikan kedudukanmu. Kau bukan berada di atas kepala hingga selalu haus akan sanjung puja, bukan pula berada di bawah kaki untuk diinjak dan dihina. Kau adalah tulang rusuk kiriku, dekat dihatiku untuk selalu kucinta. Aku tidak berani berjanji untuk mencintaimu sepenuhnya, namun aku berani berjanji untuk selalu belajar mencintaimu sepenuhnya. Cinta sejati yang membuat kita semakin mencintai-Nya.

Aku ingin hidup bersamamu dengan sempurna...
Tanpa banyak terpengaruh hal-hal yang menimbulkan perselisihan antara kita berdua. Cukuplah atas nama Allah segala tingkah polah kita, disertai Al-Qur’an penerang jalan hidup kita, dan Al-Hadits pengiring liku hidup kita. Aku memang tak bisa membuatmu bahagia selalu, namun aku berjanji untuk selalu ada dalam setiap suasana dan kondisi perasaanmu. Aku ingin menyediakan pundak dalam kesedihanmu, menjadi obat penenang dalam kegundahanmu, serta melebarkan pangkuan di saat kelemahanmu.

Aku ingin memperoleh keturunan darimu dengan sempurna
Tanpa ego yang menaungi diri masing-masing, kita berdua membicarakan persetujuan dalam perencanaan. Cukuplah kita berdua yang tahu akan keinginan dan kemampuan kita. Melaluimu, terlahirlah para jundi kecil pelengkap hidup kita. Yang menjadikanku pondasi bangunan pemikiran mereka, serta menjadikanmu madrasah berilmu yang tak ada habis-habisnya. Kita ciptakan generasi terbaik bangsa yang kan mengukir sejarah peradaban, setidaknya yang kan mampu membuat kita bangga, karena telah memiliki penerus dakwah seperti mereka.

Aku tak sempurna. Kau pun tak sempurna. Ketidaksempurnaanmu menjadi pelengkap ketidaksempurnaanku, hingga kita terlihat sempurna, meski hanya bagi kita berdua. Biarlah Allah yang Maha sempurna, yang berhak menilai kesempurnaan kita...

READ MORE - **●●>>__Surat dari Jodohku!!!__<<●●**

Sabtu, 11 September 2010

Tersenyumlah, dan semuanya akan terasa mudah dan indah...

Tertawa sewajarnya dapat dijadikan sebagai obat penawar kesusahan dan pelera kesedihan yang mempunyai efek yang menakjubkan untuk menyenangkan jiwa dan membahagiakan hati. Karenanya, salah seorang sahabat bernama Abu Darda’ mengatakan, “Sesungguhnya terkadang aku perlu tertawa untuk menghibur hatiku.”

Dan adalah manusia yang paling mulia, Rasulullah SAW, adakalanya tertawa hingga gigi seri beliau kelihatan. Inilah kegunaan tertawa bagi orang-orang yang berakal lagi mengetahui penyakit yang meresahkan jiwa dan cara penyembuhannya.

Tertawa adalah pertanda yang menggambarkan puncak kelegaan, kesenangan, dan kelapangan selama tidak berlebihan, yaitu tertawa yang pertengahan alias sewajarnya sebagaimana disebutkan berikut: “Janganlah engkau terlalu banyak tertawa, karena sesungguhnya terlalu banyak tertawa akan mengeraskan hati.”

Tertawa merupakan kesenangan ahli surga sebagaimana dikisahkan dalam firman-Nya, ”Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir,” (QS Al Muthaffifin 83:34)
Pada hakikatnya, Islam adalah agama yang dibangun di atas landasan pertengahan dan keseimbangan, baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlaq, maupun tingkah laku. Oleh karena itu, Islam tidak menolerir sikap masam muka dengan penampilan yang kelam lagi menakutkan, dan tidak pula ketawa terbahak-bahak yang berkelanjutan tanpa mengindahkan ketenangan orang lain.

Sebaliknya, Islam membolehkan tertawa yang dibarengi dengan kesungguhan dan kewibawaan sebagai gambaran kelegaan jiwa dan kepuasaan hati pelakunya. Alangkah perlunya kita akan senyuman, keceriaan wajah, kelapangan dada, keindahan budi pekerti, kehalusan jiwa, dan kelembutan hati. Dalam sebuah hadits disebutkan, ”Meskipun sekedar menampakkan wajah ceria saat bertemu saudaramu.” 

Sebagaimana diungkapkan Zuhair Ibnu Abu Sulma saat memuji Harim bin Sinan, seorang yang dermawan lagi murah hati.

Kau lihat dia manakala kau datangi
Tersenyum cerah menyambut kedatanganmu
Seakan-akan engkau akan berikan kepadanya
Sesuatu yang engkau sendiri menginginkannya


Jiwa yang berkarakter suka senyum bila melihat kesulitan, timbullah seleranya untuk mengatasinya. Ia memandangnya dengan tersenyum, menanggulanginya dengan tersenyum, dan mengatasinya dengan tersenyum pula.

Sesungguhnya kesulitan dalam hidup itu bersifat relatif. Suatu persoalan yang kecil akan terlihat sangat sulit bagi orang yang berjiwa kerdil, sedang menurut orang yang berjiwa besar tidak ada persoalan yang tidak bisa diatasi sebesar apapun persoalan tersebut.

Orang yang berjiwa besar akan semakin bertambah besar setiap kali dapat mengatasi kesulitan, berbeda halnya dengan orang yang berjiwa kerdil, maka jiwanya makin mengecil karena setiap menghadapi persoalan, dia selalu lari darinya.

Sesungguhnya kesulitan itu tak ubahnya seperti anjing liar. Bila ia melihat Anda ketakutan kepadanya, lalu Anda lari darinya, maka ia akan menyalaki Anda dan mengejar di belakang Anda. Akan tetapi, jika ia melihat Anda meremehkannya dan tidak menggubrisnya serta menatapkan mata Anda terhadapnya dengan tatapan yang tajam, niscaya ia akan memberi jalan kepada Anda dan surut ketakutan melihat Anda.

Percaya diri merupakan karunia besar yang perlu dipelihara untuk menopang pilar kesuksesan dalam meraih cita-cita kehidupan. Percaya diri berbeda jauh dengan sikap angkuh yang termasuk sikap tercela. Perbedaannya adalah kalau angkuh terlahir dari percaya diri yang dilatarbelakangi oleh ilusi dan kesombongan yang palsu, sedang percaya diri timbul dengan dilatarbelakangi oleh kepercayaan akan kemampuan diri untuk mengemban tanggung jawab disertai dengan upaya memperkuat bakat dan memperbaiki kesiapannya.

Sehubungan dengan hal ini, seorang penyair bernama Iliyya Abu Madhi mengatakan dalam bait-bait syair berikut:

Dia berkata, “Langit sedih dan terlihat murung.”
Kujawab: ”Tersenyumlah! Biarlah langit murung.”
Dia berkata, ”Masa muda telah berpaling.”
Kujawab: ”Tersenyumlah! Penyesalan tidak akan dapat mengembalikan masa muda yang telah berlalu.”
Dia berkata, ”Langit yang dahulu menaungi cintaku kini telah berubah menjadi neraka bagiku karena membiarkanku terpanggang kerinduan. Ia telah mengkhianati janjinya kepadaku sesudah kuserahkan hatiku kepadanya, maka bagaimana aku dapat tersenyum?”
Kujawab: ”Tersenyumlah dan bersenandunglah. Seandainya engkau tetap merindukannya, niscaya engkau akan menghabiskan usiamu dalam penderitaan.”
Dia berkata, ”Perdagangan dalam perjuangan yang sengit bagaikan musafir yang berjuang hampir mati kehausan. Atau bagaikan seorang gadis yang mengidap TBC memerlukan transfusi darah setiap kali batuk mengeluarkan darah.”
Kujawab: ”Tersenyumlah! Bukan engkau yang mendatangkan penyakitnya dan bukan pula yang dapat menyembuhkannya. Bila Anda tersenyum, mudah-mudahan...
Apakah orang lain yang berbuat jahat sebab engkau tak bisa tidur karena ketakutan seakan-akan engkaulah yang berbuat jahat?”
Dia berkata, ”Musuh  di sekitarku makin keras caci-makinya. Apakah aku dapat hidup senang bila orang-orang di sekitarku memusuhiku?”
Kujawab: ”Tersenyumlah! Jika Anda tidak ingin lebih mulia dan lebih besar daripada mereka, balaslah cacian mereka.”
Dia berkata, ”Musim semi telah menampakkan tanda-tandanya dan menampilkan dirinya kepadaku dengan keindahan pakaian dan perhiasannya. Dan aku mempunyai keharusan untuk memberi hadiah kepada orang-orang yang kukasihi, tetapi di tanganku tidak ada uang.”
Kujawab: ”Tersenyumlah, sudah cukup bagimu bila masih tetap hidup dan masih ada orang-orang yang mencintaimu.”
Dia berkata, ”Malam-malam yang kulalui merekukkan kepahitan kepadaku.”
Kujawab: ”Tersenyumlah, sekalipun engkau mereguk kepahitan. Mudah-mudahan orang lain yang melihat engkau bersenandung akan membuang kesedihannya jauh-jauh dan ikut bersenandung.”
“Apakah engkau mengira dapat memperoleh uang dengan bermuram durja?
Apakah engkau merugi tidak meraih keberuntungan karena tersenyum cerah?
Wahai sahabat tercinta, kedua bibirmu tidak akan sumbing karena tersenyum dan wajahmu tidak akan bopeng karena berseri. 

Maka tersenyumlah, karena bintang-bintang tertawa ceria
sekalipun kegelapan malam bertumpang-tindih
karena itulah kami mengagumi bintang-bintang.”

Dia berkata, “Keceriaan wajah tidak akan membahagiakan manusia yang datang ke dunia ini dan pergi meninggalkannya dengan terpaksa.”
Kujawab: ”Tersenyumlah, selama antara engkau dan kematian masih ada jarak sejengkal, karena sesungguhnbya engkau tidak pernah tersenyum sebelumnya.”

Tersenyumlah, jangan bersedih, karena sesungguhnya bersedih akan membuatmu menganggap air yang enak diminum terasa pahit bak bratawali, bunga sebagai kaktus berduri, taman yang subur sebagai sahara yang tandus, dan kehidupan yang bebas sebagai penjara yang tak tertahankan.

Tersenyumlah, hilangkan kesedihanmu, kau masih punya sepasang mata, sepasang telinga, lisan, hati, kesehatan jasmani, orang-orang yang menyayangimu, Tuhan yang selalu mencintaimu dan yang mengabulkan doamu. ” Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

--dikutip dari Laa Tahzan, Dr. 'Aidh bin 'Abdullah Al Qarni--



READ MORE - Tersenyumlah, dan semuanya akan terasa mudah dan indah...

Kamis, 02 September 2010

♥ Berdialog dengan Cinta ♥

Suatu waktu, aku bertemu dengan sesuatu yang sangat indah. Takjub. Begitulah suasana untuk menggambarkan diriku disaat itu.

Akupun bertanya,

“Siapa dirimu ?”

“Aku adalah Cinta”. Jawabnya dengan lembut dan mendayu. Lebih lembut dari melodi musik ketika Kenshin (Samurai X) meninggalkan kekasihnya Kaury.

“Lalu apa yang kamu lakukan disini ?” Selidikku.

“Aku akan menjerat dirimu, dengan perangkapku. Engkau tidak akan bisa melepaskannya walaupun dengan sekuat kamampuan yang engkau punya. Bahkan Semakin engkau mencoba untuk memberontak, akan semakin erat perangkapku menjeratmu”

“Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan ?”

“Aku akan mengurungmu dalam penjara kegelisahan. Di dalamnya engkau akan merasa ketakutan. Dan engkaupun tidak akan bisa keluar darinya. Walupun engkau berteriak dengan jeritan menyayat, tidak akan ada orang yang mendengarkanmu. Kalaupun ada, mereka tidak akan peduli padamu”

“Lalu ?”

“Akan ku cambuk tubuhmu dengan cambuk Penderitaan. Sehingga engkau akan merasakan sakit yang membuat tubuhmu tidak nyaman. Pasrah. Engkau hanya akan bisa merintih memelas, memohon belas kasihan. Ketika engkau ingin mengobatinya, maka tidak ada seorang tabibpun yang mampu membuat obat untuk luka-lukamu”

“Setelah itu?”

“Akan kusirami tubuhmu dengan air Kesengsaraan. Sehingga akan membuat perih sekujur tubuhmu, membuat ngilu tulang-tulangmu. Membuat desiran darahmu terasa berhenti. Sangat pedih. Engkau hanya akan bisa pasrah menerima perlakuan semua itu”

“Apa lagi yang akan kamu perbuat setelah itu ?”

“Setelah itu, aku akan menusuk kepalamu dengan jarum Kerinduan. Kemudian, akan ku peras ia dengan kegelisahan. Sehingga membuatnya menjadi tak beraturan. Menghilangkan kesadaranmu. Berfikir tak rasioanal, menghadirkan perasaan yang mengerikan, menjadikanmu tak nyaman disetiap tidurmu.”

“Aku bisa melakukan segalanya terhadapmu. Membutakan mata, menulikan telinga, menjadikanmu lumpuh, bahkan membuatmu tidak bisa bernapas sekalipun. Tapi cukuplah itu sebagai sedikit gambaran tentang apa yang akan aku perbuat terhadapmu”

“Lalu bagaimana caraku untuk menghindar dari ancamanmu itu ? Tidak adakah jalan untuk berdamai ?

Pembicaraan hening sejenak.

“Ada. Tapi jangan sekali-kali engkau khianati !”

“Benarkah. Apa itu?”

“Taruhlah aku di dalam wadah hatimu.
Kelola aku dengan manajemen kelembutan.
Pelihara aku dengan kesabaran.
Rawat diriku dengan keikhlasan.
Sirami aku dengan air mata ketulusan.
Jaga diriku dengan kesabaran dan ketaatan.

Sehingga Engkau akan merasakan kedamaian. Akupun akan merasa sempurna. Karena pada hakikatnya, kesempurnaanku terletak pada penghambaan diri, kepatuhan, dan ketaatan kepada yang dicintai, yaitu nilai kebenaran.”

“Akan aku lakukan. Tapi siapa sesungguhnya dirimu dan dari mana asalmu ?”

“Sesungguhnya aku ini di ciptakan oleh Sang Pencipta, Allah Ar-Rahman untuk berada dalam diri manusia. Celakalah bagi yang tidak menempatkanku pada rumahku. Dan beruntunglah bagi yang memanfaatkanku dalam jalan kebenaran”

Cinta menutup kata-katanya,

“Ingat, jangan pernah meremehkanku dan memperlakukanku dengan dengan tidak baik. Rawat aku. Dan sekali lagi, jangan mengkhianatiku!”




*smoga termasuk manusia yang menempatkan Cinta, pada tempat yang seharusnya...amiiiiin*

 repost from : Berdialog dengan Cinta
READ MORE - ♥ Berdialog dengan Cinta ♥

Biarkan Cinta bermuara dengan sendirinya...

Kenapa tak pernah kau tambatkan perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu
pelabuhan tenang yang mau menerima
kehadiran kapalmu!

Kalau dulu memang pernah ada satu pelabuhan kecil,
yang kemudian harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?

Seandainya kau mau, buka tirai di sanubarimu,
dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.

(Judul Puisi ” Pelabuhan ” karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair serang)


Matanya berkaca-kaca ketika perempuan itu selesai membaca dan merenungi isi puisi itu. Dulu sekali, perempuan itu telah pernah berharap pada seorang laki-laki yang dia yakin baik dan hanif, ada kilasan – kilasan di hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari. Dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai pernikahan.


Berawal dari sebuah pertemanan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah agama. Perempuan itu sedang berproses untuk mendalami agama Islam dengan lebih intens. Dan laki-laki itu, dia paham agama, aktif diorganisasi keislaman, dan masih banyak lagi hal – hal positif yang ada dalam diri lelaki itu. Sehingga kedekatan itu membawa semangat perempuan itu untuk terus menggali ilmu agama. dan mempraktekkannya dalam kesehariannya. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita, curahan hati, saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu awalnya mengatasnamakan persahabatan.

Suatu hari salah seorang sahabatnya bertanya :

“Adakah persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan dewasa tanpa melibatkan hati dan perasaan terlebih bila sudah muncul rasa simpati, kagum dan kebutuhan untuk sering berinteraksi?”


Perempuan itu tertegun dan hanya bisa menjawab : ”entahlah...”


Sampai suatu hari, laki-laki itu pergi dan menghilang… Awalnya masih memberi kabar. Selebihnya hilang begitu saja. Dan perempuan itu masih berharap dan menunggu untuk suatu yang tak pasti. Karena memang tidak pernah ada komitmen yang lebih jauh diantara mereka berdua. Setiap dia mengenal sosok lelaki lainnya… Selalu dibandingkan dengan sosok laki-laki sahabatnya itu dan tentulah sosok laki-laki sahabatnya itu yang selalu lebih unggul dibanding yang lain. Dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain.


Sampai suatu hari... Perempuan itu menyadari kesia-siaan yang dibuatnya. Ia berharap ke sesuatu yang tak pasti hanyalah akan membawa luka dihati. Bukankah banyak hal yang bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengisi hidupnya kini. Air matanya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam. Dia berjanji untuk tidak mengisi hari-harinya dengan kesia-siaan.


"Lalu bagaimana dengan sosok laki-laki itu?" perlahan saya bertanya padanya.


"Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah hanyalah persepsi dan harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan proses interaksi yang terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati... Biarlah hal itu menjadi proses pembelajaran dan pendewasaan bagi saya untuk lebih hati-hati dalam menata hati dan melabuhkan hati," ujarnya dengan diplomatis. Hingga saya menemukan perempuan itu kini benar-benar menepati janjinya.


Dunia perempuan itu kini adalah dunia penuh cinta dengan warna-warna jingga, tawa-tawa pelangi, dan pijar bintang dimata orang sekitarnya... cinta yang dialiri ketulusan tanpa pamrih dari sahabat-sahabat di komunitasnya yang menjadikan perempuan itu produktif dan bisa menghasilkan karya... Cinta yang tidak pernah kenal surut dari orang tua dan keluarganya... Dan yang paling hakiki adalah cintanya pada Illahi yang selau mengisi relung-relung hati...tempatnya bermunajat disaat suka dan duka... Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti...


Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseoang akan memberi sejuta makna bagi isi jiwa, sehingga... saat seseorang itu pun hilang begitu saja... masih ada setangkup harapan agar dia kembali. Walaupun ada kata-katanya yang menyakitkan hati... akan selalu ada beribu kata maaf untuknya. Masih ada beribu penantian walau tak pasti... Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang lain. Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah memikirkannya. Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia?


Masih ada sejuta asa... Masih ada sejuta makna... Masih ada pijar bintang dan mentari yang akan selalu bercahaya di lubuk jiwa dengan menjadi bermakna dan bermanfaat bagi sesama...


“Lalu… bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada???” tanya saya suatu hari.


Perempuan itu berujar,

”Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya, disaat yang tepat, dengan seseorang yang tepat dan pilihan yang tepat, hanya dari Allah SWT. Disaat dihalalkannya dua manusia untuk bersatu dalam ikatan pernikahan yang barokah..”


Semoga akan demikian adanya.....amiiin


READ MORE - Biarkan Cinta bermuara dengan sendirinya...