
Aku mengenalnya. Setidaknya begitu menurutku. Entah dengan apa ia menyebut dirinya, tapi aku tak merestuinya. Ia tak boleh terdiam ditempat yang sama.
Penting atau tidaknya restu itu baginya, aku takkan menyerah. Ia telah berjalan jauh, jauh sekali. Sampai pada saat lengan ini tak sanggup menggapainya, saat mata ini tak mampu lagi menangkap bayangnya. Aku tetap berusaha menggapainya.
Hingga pada saat aku telah berlari begitu hebatnya, ku genggam erat tangannya seraya bertekad : 'Masa...