Setiap orang memiliki rahasianya sendiri-sendiri. Rahasia yang disimpan rapat, yang hanya ingin mereka bagi bersama kenangan. Dan kau tahu, kekasihku... "Kita" adalah rahasia terbesar milikku. Kita yang dulu pernah tertawa bahagia menyusuri cinta. Kita yang pernah menyulam rindu di dinding-dinding malam gulita. Kita yang saling mencari, saling menggenapi, saling menguatkan. Yah, kita...
Tapi, tak ada yang abadi di dunia ini selain keabadian itu sendiri. Kita yang bahagia tak lebih dari sepasang manusia yang terbuai mimpi. Baru menyadari setelah terbangun dengan luka dan air mata yang menderas di pipi. Bukan salahku, bukan juga salahmu. Bahkan bukan salah keadaan. Kita hanyalah seperti anak-anak burung yang sedang belajar terbang. Sayap-sayap kita begitu lemah dan tak terlatih. Luka yang akan menguatkannya, dan air mata yang akan mengajarinya. Membuat sayap-sayap kita kokoh, dan mampu membawa kita terbang tinggi di kehidupan ini.
Aku harap, meski tanpa aku di sisimu, kau tetap belajar mengepakkan kedua sayapmu. Capailah gunung yang tinggi, melayang, menikmati setiap bahagia yang ditawarkannya. Ada dia yang akan mengajarimu terbang sempurna. Bukan aku. Genggam erat tangannya, dan terbanglah bersamanya. Aku? Tak perlu kau hiraukan. Akupun pasti akan terbang. Tapi tidak sekarang. Luka-luka milikku terlampau perih. Jangan khawatir, Tuhan tengah membalut lukaku. Aku hanya butuh waktu dan terus bersabar.
Saat nanti kau melihatku lagi, meski air mataku kembali menderas, jangan pernah kau perdulikan aku. Kisah kita dan segala airmata hanyalah cara-Nya mendewasakan kita. Tapi satu yang aku ingin kau tahu, bulir-bulir yang menetes dari kedua mataku adalah bukti cintaku padamu yang tak pernah mengering bersama detik yang berlalu. Jika saat itu tiba, kau akan menyadari, cinta sejati itu benar-benar ada. Cintaku padamu. Cinta yang tak pernah menjeda oleh waktu, meski tidak ditakdirkan untuk bersatu.
Tapi, tak ada yang abadi di dunia ini selain keabadian itu sendiri. Kita yang bahagia tak lebih dari sepasang manusia yang terbuai mimpi. Baru menyadari setelah terbangun dengan luka dan air mata yang menderas di pipi. Bukan salahku, bukan juga salahmu. Bahkan bukan salah keadaan. Kita hanyalah seperti anak-anak burung yang sedang belajar terbang. Sayap-sayap kita begitu lemah dan tak terlatih. Luka yang akan menguatkannya, dan air mata yang akan mengajarinya. Membuat sayap-sayap kita kokoh, dan mampu membawa kita terbang tinggi di kehidupan ini.
Aku harap, meski tanpa aku di sisimu, kau tetap belajar mengepakkan kedua sayapmu. Capailah gunung yang tinggi, melayang, menikmati setiap bahagia yang ditawarkannya. Ada dia yang akan mengajarimu terbang sempurna. Bukan aku. Genggam erat tangannya, dan terbanglah bersamanya. Aku? Tak perlu kau hiraukan. Akupun pasti akan terbang. Tapi tidak sekarang. Luka-luka milikku terlampau perih. Jangan khawatir, Tuhan tengah membalut lukaku. Aku hanya butuh waktu dan terus bersabar.
Saat nanti kau melihatku lagi, meski air mataku kembali menderas, jangan pernah kau perdulikan aku. Kisah kita dan segala airmata hanyalah cara-Nya mendewasakan kita. Tapi satu yang aku ingin kau tahu, bulir-bulir yang menetes dari kedua mataku adalah bukti cintaku padamu yang tak pernah mengering bersama detik yang berlalu. Jika saat itu tiba, kau akan menyadari, cinta sejati itu benar-benar ada. Cintaku padamu. Cinta yang tak pernah menjeda oleh waktu, meski tidak ditakdirkan untuk bersatu.
---
Rahasia ini akan rapat kusimpan, dan hanya akan kubagi bersama kenangan...
Rahasia ini akan rapat kusimpan, dan hanya akan kubagi bersama kenangan...
Note : Dedicated to my everlasting Rainbow
Tetap terbanglah tinggi, menjemput bahagia yang kau ingini. Doaku mengiringi.
Tetap terbanglah tinggi, menjemput bahagia yang kau ingini. Doaku mengiringi.
Post Comment