WELCOME to MY BLOG

Bagi akhi & ukhti yang ingin meng-copy catatan ato artikel di blog ini, mohon cantumkan sumber setiap catatan di tersenyumlah-hati.blogspot.com demi menjaga keaslian tulisan / karya ato share dilaman networking via share tool dibawah setiap catatan...

Mari berbagi...


- Tersenyumlah -

Kamis, 22 Desember 2011

Sebuah Rahasia



Setiap orang memiliki rahasianya sendiri-sendiri. Rahasia yang disimpan rapat, yang hanya ingin mereka bagi bersama kenangan. Dan kau tahu, kekasihku... "Kita" adalah rahasia terbesar milikku. Kita yang dulu pernah tertawa bahagia menyusuri cinta. Kita yang pernah menyulam rindu di dinding-dinding malam gulita. Kita yang saling mencari, saling menggenapi, saling menguatkan. Yah, kita...

Tapi, tak ada yang abadi di dunia ini selain keabadian itu sendiri. Kita yang bahagia tak lebih dari sepasang manusia yang terbuai mimpi. Baru menyadari setelah terbangun dengan luka dan air mata yang menderas di pipi. Bukan salahku, bukan juga salahmu. Bahkan bukan salah keadaan. Kita hanyalah seperti anak-anak burung yang sedang belajar terbang. Sayap-sayap kita begitu lemah dan tak terlatih. Luka yang akan menguatkannya, dan air mata yang akan mengajarinya. Membuat sayap-sayap kita kokoh, dan mampu membawa kita terbang tinggi di kehidupan ini.

Aku harap, meski tanpa aku di sisimu, kau tetap belajar mengepakkan kedua sayapmu. Capailah gunung yang tinggi, melayang, menikmati setiap bahagia yang ditawarkannya. Ada dia yang akan mengajarimu terbang sempurna. Bukan aku. Genggam erat tangannya, dan terbanglah bersamanya. Aku? Tak perlu kau hiraukan. Akupun pasti akan terbang. Tapi tidak sekarang. Luka-luka milikku terlampau perih. Jangan khawatir, Tuhan tengah membalut lukaku. Aku hanya butuh waktu dan terus bersabar.

Saat nanti kau melihatku lagi, meski air mataku kembali menderas, jangan pernah kau perdulikan aku. Kisah kita dan segala airmata hanyalah cara-Nya mendewasakan kita. Tapi satu yang aku ingin kau tahu, bulir-bulir yang menetes dari kedua mataku adalah bukti cintaku padamu yang tak pernah mengering bersama detik yang berlalu. Jika saat itu tiba, kau akan menyadari, cinta sejati itu benar-benar ada. Cintaku padamu. Cinta yang tak pernah menjeda oleh waktu, meski tidak ditakdirkan untuk bersatu.

 ---
Rahasia ini akan rapat kusimpan, dan hanya akan kubagi bersama kenangan...

Note : Dedicated to my everlasting Rainbow
Tetap terbanglah tinggi, menjemput bahagia yang kau ingini. Doaku mengiringi.






Post Comment
READ MORE - Sebuah Rahasia

Selasa, 20 Desember 2011

Biarkan Aku yang Mengundurkan Diri ♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥

Kisah ini kembali ku urai bersama kenangan-kenangan yang pernah terlukiskan dalam memori jiwa… Saat semuanya terasa menyesakkan dada, ketika semuanya tak bisa lagi terlukiskan lewat kata-kata. Aku hanya bisa terpaku meratapi… Secebis rasa yang mesti ku akhiri. Penuh luka dan bersimbah air mata, namun tetap harus dijalani. Meski aku tak pernah meminta ini untuk terjadi.


Percikan iman membuatku begitu yakin atas keputusan ini.. mungkin ini memang jalan terbaik untuk kita. Untuk perjalanan yang telah kita lalui berdua, tanpa adanya Ridho Ilahi.

Kau hadir mengisi kehidupanku. Kau ketuk pintu hatiku, yang membuatku enggan berpaling dan menjauh darimu. Kau hadirkan bunga-bunga asmara antara kita. Hingga sampai saat dimana ku tersadar, entah jalan apa yang sedang kulalui ini. Tanpa petunjuk mana yang benar dan mana yang salah.. karena semua masih nampak abu-abu, belum jelas ujung dari semua ini.

Tersirat ku katakan aku telah siap! Mengarungi hidup bersamamu. Pun ku yakin kau siap dengan semua yang terjadi pada kita. Apalagi yang membuatku tak yakin, bahwa kau adalah yang terbaik bagiku? Sementara semuanya begitu indah di jalani bersama, meski masih ilegal.

Kau selalu memberikan harapan serta angan yang entah berujung pada akhir yang bahagia atau sebaliknya, berakhir pada duka nestapa karena telah tersia-sia waktu yang kita lewati bersama. Tutur katamu manis.. Tapi tak semanis janji-janji yang kau janjikan padaku! Tak terasa, detik demi detik kita jalani bersama, tanpa ada kepastian yang jelas, apa maumu sebenarnya?

Apalagi yang membuat kau bungkam? Menekuk wajah tanpa kata... Padahal sikapmu begitu yakin bahwa akulah yang terbaik untukmu. Tapi mengapa sampai saat ini, tak ada perjuanganmu untuk mengetuk hati mreka, sementara jauh sebelumnya kau telah mengetuk pintu rumah hatiku, meminta izin masuk namun hanya berani sampai beranda rumah hatiku. Kenapa keberanianmu belum ada untuk perjuangan itu? Sedangkan aku disini tengah mendukungmu dengan segenap tenaga dan hati, melakukan yang terbaik, untukmu, untuk kita.

Sampai pada kesimpulan.. Belum ada keberanian untuk melangkah. Dengan berbagai hal yang kau jadikan alasan yang menjadi pertimbangan, seolah berat sekali ketika kau akan mengajukan proposal pernikahan kita. Mengombang-ambingkan hatiku dalam penantian, yang entah berujung atau bahkan seharusnya memang tak pernah kumulai.

Astaghfirullah!
Kini ku putuskan, setelah aku tersadar dan terbangun dalam impianku selama ini.. Hanya ada dua pilihan yang meski ini berat namun harus segera ku ambil langkah, sebab menunggu keputusan darimu tak membuatku bersabar dan akan semakin menjerumuskanku dalam genangan-genangan dosa tak berujung. Ya..!! Benar. Entah mungkin akan berakhir atau akan di akhiri, itulah yang sedang ku mintakan petunjuk pada-Nya.

Maafkan...
Karena aku belum bisa memberi seperti apa yang telah engkau beri padaku. Bukan soal cinta, bukan soal rasa. Sebab bagiku kedua hal itu telah menjadi hal yang paling tak kuperhitungkan dalam pikiranku saat ini. Aku tak boleh mudah terpancing dengan dua hal tersebut karena justru itu akan membuatku semakin jatuh dan terpuruk seperti dahulu.

Jangan pernah kau katakan cinta padaku, sebelum kau berani menghadap kedua orang tuaku, juga orangtuamu. Ahh, aku sudah lelah. Memang tidak seharusnya aku mengatakan hal itu kepadamu... Siapalah aku ini sehingga bisa membuatmu berani berjuang menentang badai?

Sekarang bahkan rasa itu kian menipis. Mungkin karena sudah bosan aku memiliki rasa terhadapmu. Kau katakan aku tidak bersabar? Bisa saja. Aku memang tidak sesabar dirimu, yang entah dengan alasan apa kau mampu bersabar menantiku. Padahal jauh lama sudah, pintu hatiku telah terbuka untukmu.

Maaf.
Aku ingin tetap menjaga hatiku, sedikitpun tak ingin terkotori oleh sebuah rasa ini. Ya, ternyata lagi-lagi aku berhadapan dengan yang namanya sebuah perasaan. Entah bagaimana aku mampu menghadapinya. Entah cara apa lagi yang akan ku lakukan. Semua ku pasrahkan...

Segala yang hadir bagai setitis air mata seulas senyuman. Dan, kemudian jiwa jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar, bergerak di dunia zat melintas bagai segumpal mega diatas pegunungan. Suka dan duka, bagai sebuah perjalanan... Dan bermuara pada kebahagiaan. Menuju pada keindahan dan kecintaan Tuhan saja...

Aku rasa Tuhan menyayangiku dengan begitu indahnya, dengan perpisahan yang tak pernah ku bayangkan, DIA memisahkan ku dengan angan yang tak pantas ada didalam hatiku. Atas nama cinta dan demi menjaga keutuhan cinta kita kelak, bila takdir bersama..... Allah kan persatukan...

Lalu,
Biarkan aku yang mengundurkan diri.
Dari kehidupanmu, kini..
Dan tolong, jangan ganggu aku lagi ...


20 Desember 2011
Di tengah keramaian - (tetap) kulihat bayangmu
Meli

 inspire : facebook



Post Comment
READ MORE - Biarkan Aku yang Mengundurkan Diri ♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥