Teruntuk dia yang gerimis hatinya
sedang menghujan...(mungkin)
Pada angin kutitipkan untuk hatimu
Terimakasih telah kau pilih, hati ini
Pun diri ini tersanjung atas maksud muliamu
Diri ini kini telah memberikan jawaban
Mungkin tak pernah terbayangkan
Juga tak terfikirkan, oleh hatimu
Bahwa hati yang kau harapkan
Telah menghancurkan setiap harapan
Tak ada niat menyakiti, meski ini sakit
Tak ada maksud menghancurkan, meski nyatanya hancur
Keputusan telah menempuh berbagai tahapan
Hingga kelak menjadi tangga kearah kebaikan, semoga
Sungguh, diri ini mengakui
Telah melakukan kesalahan
Yang membuat hatimu tak berdaya
Hingga menempatkanku, begitu dalam dihati
Semestinya, hati ini dapat menjawab
Ketika kau mengucap,
tak cukup berhargakah diriku bagimu?
Diam, berkali-kali diam
Namun, bukan karena tak ada jawaban
Biarlah Tuhan saja yang tahu
Rasa ini, entah apa
Simpulan yang kupunya
Perhatianmu yang melimpah
Juga kata cinta yang begitu indah
Dan do’a-do’a khusukmu dimalam yang sepertiga
Nyatanya belumlah cukup untuk menjadi pemimpinku
Nyatanya bukanlah cinta yang kuidamkan
Bukan semata untuk merendahkanmu
Bukan untuk menghancurkan istana megahmu
Yang kau telah dirikan dengan sepenuh harapan
Yang kau ukir dengan tawa, senyum, tangis bahagia
Dengan perhatian, dan mencintaiku
Kau katakan aku adalah abu-abu
Tak bisa apa adanya menerimamu
Tak seharusnya aku menjauh
Tak seharusnya ada penolakan itu
Ternyata sia-sia kau menunggu
Ya... Aku tak bisa melengkapi kekuranganmu
Lalu kau pun menyesal tak bertopeng : baik
Kau bilang telah persiapkan semuanya
Juga tentang penantianmu yang sebulan
Berujung luka beribu bulan
Bahwa akulah yang paling kau cintai
Setelah orangtuamu, guru-gurumu
Kemana kan kau cari ganti?
Terhenyak, terhentak
Kukatakan tiada kesia-siaan itu
Kecuali kita tak mencari makna
Dari setiap kejadian
Hikmah dari setiap keadaan
Kau lanjutkan dengan kemarahan tak berujung
Membenarkan pradugamu tentangku
Yang tak memiliki perasaan
Yang menanggapmu sebagai setan
Karena telah membuatku berdosa
Hingga mengukir ujung kisah dengan penolakan
Yang tengah memperbaiki diri untuk orang lain
Dan menjadikanmu sebagai tumbal
Yang telah membuat perhatianmu menjadi terlarang
Yang membuatmu bertanya : adilkah ini?
Lalu apa yang harus kulakukan?
Sedangkan pertanyaan bertubi-tubi kau layangkan
Salahkah untaian kata yang telah kupilih?
Salahkah jawaban yang telah ku ucap?
Begitu buruknya kah diri ini
Hingga membuatnya berpraduga sekejam itu?
Sedang ku hanya bisa menahan nafas
Tuhan,,,Lalu kau berucap
Rasa-rasanya hamba telah memilih
Kata-kata yang tidak setajam pedang
Hingga dapat begitu menyayat hatinya
Pun penjelasan yang terang benderang
Hingga dia tak perlu lagi menduga
masih mengharapkanku
Dan meminta kesempatan
Akulah yang terbaik untukmu
Dan tak mungkin bagimu
Menghapus namaku, dihatimu
Seolah tiada pandangan dan kehendak Tuhan
Kukatakan,Kau pun mempertanyakan
Tempuhlah perbaikan diri
Mendekat pada Tuhan
Kelak Tuhan-lah yang akan memilihkan
Bidadari yang khusus dicipta
Bahkan lebih baik dari manusia
Bernama “Aku”
Tak pernahkah hatiku merasakan
Tentang cinta, sayang
Dan tangisan malam ini?
Jika harus kukatakan
Aku mengerti, bahkan dengan sangat
Namun, ketika ku merangkai
kata-kata terbaik yang ku punya
untuk menjaga hatimu
Kau dengan sengaja menghujamkan
Praduga dan kata yang menusuk hatiku
Dengan sangaat kejam
Sadarkah kau?
Kesakitanmu, dapat kumengertiKeputusanku, untuk menjauh
Kemarahanmu, dapat kupahami
Lukamu, dapat kumaklumi
Meski kau tak mengerti, sakitnya aku
Walau tak kau pahami, terlukanya aku
Tanpa menghiraukan sikapmu
Telah kuambil
Sesuai katamu
Keputusanku, untuk diam
Bukan hanya untuk menjaga hatimu
Juga untuk menjaga hatiku
Yang juga tak sekuat baja
Keputusanku, untuk melupakan
Sungguh bukan dalam arti sebenar
Namun untuk memaafkan
Dirimu, dan diri sendiri
Maaf yang terucap ini
Kukirimkan dari dalam lubuk hati
Teruntuk dirimu
Yang tengah dirundung hujan (mungkin)
Meski tak kunjung menghentikan
Semoga reda.. berganti gerimis
Lalu hilang...
Akhirnya kau katakan maaf
Mari bermuhasabah
Dan jika kita berjodoh
Tuhan akan mempertemukan, kelak
Tak perlu kau minta
Telah kumaafkan
dan kuamini
Namun wajarlah aku menduga
Aslikah ini, ataukah topeng sempat kau sesali?
Hujan ini,
tengah menanti
Kedatangan Pangerannya
Sedang sang gerimis tiba
Tiada sesiapa yang salah
Hanya perlu waktu, untuk memilih
Membesarkan gerimis menjadi hujan
atau menanti hujan yang lebih besar.
- Hujan pun menangis, 07 Juni 2012 -
Post Comment