Pada sebuah negeri, ada seorang raja yang telah memasuki usia lanjut. Karena tidak memiliki anak laki-laki yang bisa meneruskan tahtanya, ia bermaksud segera menikahkan puterinya yang telah dewasa. Lalu sang raja mengundang semua pemuda yang ada di seluruh negeri dan berkata kepada mereka, “Aku akan mengadakan sayembara. Kalian semua akan mendapatkan sebuah biji. Tanamlah biji itu, rawatlah dengan baik, dan kembalilah padaku setahun lagi dengan membawa tanaman kalian masing-masing. Barang siapa yang memiliki tanaman terbaik, dialah yang akan menjadi suami anakku dan kelak akan menggantikanku sebagai raja!
Seorang pemuda yang bernama Abdul terlihat sangat antusias. Ia menanam biji itu dan menyiraminya setiap hari. Tapi setelah sebulan berlalu, biji itu tak kunjung tumbuh. Setelah enam bulan berlalu, para pemuda mulai membicarakan tanaman mereka yang tumbuh subur dan tinggi. Namun pot Abdul masih kosong. Ia tidak mengatakan apapun pada teman-temannya. Ia tetap menunggu bijinya tumbuh.
Setahun telah berlalu. Semua pemuda dengan penuh semangat membawa tanamannya kepada sang raja. Pada mulanya Abdul merasa enggan dan malu, tapi karena ibunya mendorongnya untuk pergi dan mengatakan apa adanya, ia pun berangkat menghadap raja. Raja dengan senang menyambut para pemuda dan memuji tanaman yang mereka bawa. “Kerja kalian luar biasa. Tanaman kalian bukan main bagusnya. Aku akan menunjuk salah satu dari kalian untuk menjadi pendamping anakku.”
Tiba-tiba sang raja melihat Abdul yang berdiri di belakang dan memanggilnya. Sontak Abdul panik dan ketakutan, “Jangan-jangan aku akan dibunuh,” pikirnya. Suasana menjadi riuh dengan ejekan dan cemoohan hadirin yang menyaksikan pot Abdul masih kosong. “Diam semuanya!” teriak sang raja. Ia menoleh kepada Abdul dan mengatakan, “Dialah orang yang berhak menjadi pendamping anakku!” kontan semua yang hadir menjadi terkejut. Bagaimana mungkin orang yang gagal akan mempersunting anak raja.
Lalu raja melanjutkan, “Setahun yang lalu aku memberi kalian biji untuk ditanam. Tapi sebenarnya biji yang kuberikan adalah biji yang telah dimasak dan tidak mungkin tumbuh. Kalian semuanya pasti telah menggantinya dengan biji yang lain. Hanya Abdul-lah yang memiliki KEJUJURAN dan KEBERANIAN untuk membawa pot dengan biji yang kuberikan. Karena itu, dialah yang kuangkat menjadi menantuku.
{Jadi kejujuran akan membawa perubahan mendasar pada diri seseorang. Tapi tanpa keberanian, kejujuran tidak akan membawa perubahan bagi orang banyak. Kejujuran hanya menghasilkan pengikut bukan pemimpin. Untuk bisa merubah masyarakat diperlukan keberanian. Masalahnya, dari manakah datangnya keberanian? Ia datang kalau kita mampu menaklukkan rasa takut. Rasa takut inilah sumber segala macam kejahatan di dunia ini. Rasa takut yang ada menunjukkan bahwa kita belum mandiri. Kebahagiaan dan rasa aman kita masih bersumber pada sesuatu yang di luar diri kita!!!}.
Rawamangun; 06/08/2009 23:44:26
[Penulis : Trimanto - FLP Depok]